Selasa, 02 Juni 2015

SOLUSIO PLASENTA

E.  SOLUSIO PLASENTA
1. Definisi
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat melekatnya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. (Winkjosastro,2002)
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu. (Mochtar,1998)
Menurut Manuaba,1998. Batasan solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester III. Angka kejadian 1 : 80 persalinan ; Solusio plasenta berat angka kejadian = 1 : 500 – 750 persalinan
Terdapat 2 jenis perdarahan yang terjadi :
1.    Jenis perdarahan tersembunyi (concealed) : 20%
2.    Jenis perdarahan keluar (revealed) : 80%
Pada jenis tersembunyi, perdarahan terperangkap dalam cavum uteri [hematoma retroplasenta] dan seluruh bagian plasenta dapat terlepas, komplikasi yang diakibatkan biasanya sangat berat dan 10% disertai dengan Disseminated Intravascular Coagulation.Pada jenis terbuka, darah keluar dari ostium uteri, umumnya hanya sebagian dari plasenta yang terlepas dan komplikasi yang diakibatkan umumnya tidak berat.
Kadang-kadang, plasenta tidak lepas semua namun darah yang keluar terperangkap dibalik selaput ketuban (relativelly concealed) 30% perdarahan antepartum disebabkan oleh solusio plasenta.
2.    Etiologi Solusio Plasnta
Penyebab utama tidak jelas.Terdapat beberapa faktor resiko antara lain
•    Peningkatan usia dan paritas
•    Preeklampsia
•    Hipertensi kronis
•    KPD preterm
•    Kehamilan kembar
•    Hidramnion
•    Merokok
•    Pencandu alcohol
•    Trombofilia
•    Pengguna cocain
•    Riwayat solusio plasenta
•    Mioma uteri
Faktor pencetus :
1.    Versi luar atau versi dalam
2.    Kecelakaan
3.    Trauma abdomen
4.    Amniotomi ( dekompresi mendadak )
5.    Lilitan talipusat - Tali pusat pendek
3.    Patofisiologi Solusio Plasenta
Solusio plasenta diawali dengan terjadinya perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua terkelupas dan tersisa sebuah lapisan tipis yang melekat pada miometrium.Hematoma pada desidua akan menyebabkan separasi dan plasenta tertekan oleh hematoma desidua yang terjadi.
Pada awalnya kejadian ini tak memberikan gejala apapun. Namun beberapa saat kemudian, arteri spiralis desidua pecah sehingga menyebabkan terjadinya hematoma retroplasenta yang menjadi semakin bertambah luas. Daerah plasenta yang terkelupas menjadi semakin luas sampai mendekati tepi plasenta.
Oleh karena didalam uterus masih terdapat produk konsepsi maka uterus tak mampu berkontraksi untuk menekan pembuluh yang pecah tersebut. Darah dapat merembes ke pinggiran membran dan keluar dari uterus maka terjadilah perdarahan yang keluar ( revealed hemorrhage)
Perdarahan tersembunyi ( concealed hemorrhage)
1.    Terjadi efusi darah dibelakang plasenta dengan tepi yang masih utuh
2.    Plasenta dapat terlepas secara keseluruhan sementara selaput ketuban masih menempel dengan baik pada dinding uterus
3.    Darah dapat mencapai cavum uteri bila terdapat robekan selaput ketuban
4.    Kepala janin umumnya sangat menekan SBR sehingga darah sulit keluar
5.    Bekuan darah dapat masuk kedalam miometrium sehingga menyebabkan uterus couvellair
4.    Gambaran Klinis
1.    Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung.
2.    Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4  bagian, tetapi belum 2/3 luas permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio plasenta berat
3.    Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal



5. Komplikasi
a. Syok perdarahan.
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera.Bila persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat
b. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik.
c.  Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
d.  Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire.
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin: 
Fetal distress, Gangguan pertumbuhan/perkembangan, Hipoksia, anemia, Kematian
6. Diagnosis
1.  Anamnesis
 Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut
 Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-konyong(non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman
 Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
 Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.
 Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2.  Inspeksi
   Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
   Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
   Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
3.Palpasi
 Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
 Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his.
 Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
 Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
4.      Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari 1/3 bagian.
5.      Pemeriksaan dalam
   Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
   Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang
   Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta
6.  Pemeriksaan umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat dan kecil
7.  Pemeriksaan laboratorium
  Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.
  Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia
8. Pemeriksaan plasenta.
Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.
9. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :Terlihat daerah terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah, Tepian plasenta


6.    Komplikasi
Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya sulosio plasenta berlangsung komplikasi pada ibu ialah :
1. Perdarahan
2. Oliguria
3. Gagal ginjal
4. Gawat janin
5.  Apopleksia uteroplasenta(uterus couvelaire)
Bila janin dapat diselamatkan dapat terjadi komplikasi :
1.  Asfiksia
2. BBLR
7. Penatalaksanaan
Harus dilakukan dirumah sakit dengan fasilitas operasi sebelum dirujuk,anjurkan pasien tirah baring total dengan menghadap kekiri, tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan  tekanan rongga perut. (misalnya : batuk mengedan, karna sulit BAB).
Terapi ( Kolaborasi dengan Dokter Obgyn )
1. Terapi Konservatif (ekspektatif)
a.  Resusitasi cairan:memperbaiki hipovolemi atau mengatasi syok dan anemia
b.  Darah (harus diberikan darah secepatnya untuk menghindari syok dan Anemia.
c.   Cairan : berikan cairan Nacl, RL
d.  Obat antihipertensi yg membantu pembuluh darah tetap terbuka, obat – obatan kortikosteroid (untuk antiinflamasi, mencegah retensi Na dan mempertahankan ketahanan kapiler)
2. Terapi Aktif
Prinsipnya melakukan tindakan agar anak segera dilahirkan dan perdarahan berhenti, misalnya dengan operatif obstetrik. Langkah-langkahnya :
a.  Amniotomi dan pemberian oksitosin kemudian diawasi serta pimpin partus spontan.
b.  Bila pembukaan sudah lengkap atau hampir lengkap dan kepala sudah turun sampai Hodge III – IV , maka bila janin hidup, lakukan ekstraksi vakum atau forsep, tetapi bila janin meninggal, lakukanlah embriotomi.
c.  Seksio sesarea biasanya dilakukan pada:
1)  Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil
2)   Solusio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak banyak, tetapi pembukaan masih kecil
3)  Solusio plasenta dengan panggul sempit atau letak lintang
d.   Histerektomi dapat dipertimbangkan bila terjadi afibrinogemia dan kalau persediaan darah atau fibrinogen tidak ada atau tidak cukup.
A. Tindakan gawat darurat
Bila keadaan umum pasien menurun secara progresif atau separasi plasenta bertambah luas yang manifestasinya adalah :
•    Perdarahan bertambah banyak
•    Uterus tegang dan atau fundus uteri semakin meninggi
•    Gawat janin
maka hal tersebut menunjukkan keadaan gawat-darurat dan tindakan yang harus segera diambil adalah memasang infus dan mempersiapkan tranfusi.
B.  TERAPI EKSPEKTATIF
Pada umumnya bila berdasarkan gejala klinis sudah diduga adanya solusio plasenta maka tidak pada tempatnya untuk melakukan satu tindakan ekspektatif.
C. PERSALINAN PERVAGINAM
Indikasi persalinan pervaginam adalah bila derajat separasi tidak terlampau luas dan atau kondisi ibu dan atau anak baik dan atau persalinan akan segera berakhir.
Setelah diagnosa solusio plasenta ditegakkan maka segera lakukan amniotomi dengan tujuan untuk :
1.    Segera menurunkan tekanan intrauterin untuk menghentikan perdarahan dan mencegah komplikasi lebih lanjut (masuknya thromboplastin kedalam sirkukasi ibu yang menyebabkan DIC)
2.    Merangsang persalinan ( pada janin imature, tindakan ini tak terbukti dapat merangsang persalinan oleh karena amnion yang utuh lebih efektif dalam membuka servik)
Induksi persalinan dengan infuse oksitosin dilakukan bila amniotomi tidak segera diikuti dengan tanda-tanda persalinan.
D. SEKSIO SESAR
Indikasi seksio sesar dapat dilihat dari sisi ibu dan atau anak Tindakan seksio sesar dipilih bila persalinan diperkirakan tak akan berakhir dalam waktu singkat, misalnya kejadian solusio plasenta ditegakkan pada nulipara dengan dilatasi 3 – 4 cm.  Atas indikasi ibu maka janin mati bukan kontraindikasi untuk melakukan tindakan seksio sesar pada kasus solusio plasenta.
ASUHAN  KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGI
PADA NY Y G1P0Ab0 UMUR 21 TAHUN UK 37+1 MINGGU
DI BPS DWI MARYATI,S.ST
NGILIPAR GUNUNG KIDUL

No. Register            : 045 / BPS/ BUMIL
Masuk RS tanggal/jam     : 31 Januari 2013
Dirawat diruang         : -

I. PENGKAJIAN DATA, Tanggal/Pukul : 31 Januari 2013/pukul 15.00 Oleh : Bidan
A.       Biodata         Ibu                 Suami
    1.    Nama     : Ny. Y            Tn. P
    2.    Umur      : 21 tahun            25 tahun
    3.    Agama     : Islam            Islam
    4.    Suku/Bangsa     : Jawa/Indonesia        Jawa/Indonesia
    5.    Pendidikan     : SMU            SMU
    6.    Pekerjaan     : IRT                Buruh
    7.    Alamat     : Kwaru RT 1/RW 3         Kwaru RT 1/RW 3
        Gunung Kidul        Gunung Kidul

B. DATA SUBYEKTIF
    1.    Alasan kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilanya
2.    Keluhan utama
Ibu mengatakan rasa nyeri saat dipegang pada perut bagian atas
3.    Riwayat mensturasi
Menarce     : 14 tahun         Siklus    : 28 hari
Lama        : 7 hari            Teratur    : teratur
Sifat darah    : cair             Keluhan : tidak ada
4.    Riwayat perkawinan
Status perkawinan     : sah        Menikah ke : 1
Lama         : 1 tahun     Usia menikah pertama : 20 tahun

5.    Riwayat obstetrik
Hamil ke    Persalinan    Nifas
    Tgl    UK    jns prsalinan    penolong    kompl    JK    BB    Laktasi    kompl
1    Hamil ini                           


6.    Riwayat kontrasepsi yang digunakan
No    Jenis kontrasepsi    Pasang    Lepas
        tanggal    Oleh    tempat    keluhan    Tanggal    oleh    tempat    alasan
1    Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
                                   

7.    Riwayat kehamilan sekarang
a.    HPM    : 6-5-2012        HPL : 13-2-2013
b.   ANC pertama umur kehamilan     : 4 minggu
c.    Kunjungan ANC
Trimester I
Frekuensi     : 2x, Tempat :bidan , Oleh : bidan
Keluhan     : tidak ada
Terapi     : vitonal f 1x1/hari, vit C 1x1/hari
Trimester II
Frekuensi     : 3x, Tempat : bidan , Oleh : bidan
Keluhan     : tidak ada
Terapi     : vitonal f 1x1/ hari, vit C 1x1/ hari
Trimester III
Frekuensi    : 1x, Tempat : bidan,Oleh : bidan
Keluhan     : rasa nyeri saat perut dipegang bagian atas
Terapi     :

d.   Imunisasi TT
TT I : 20-5-2006
    TT II: 20-6-2006         TT III : 23-9-2012   
e.    Pergeraakan janin selama 24 jam (dalam sehari )
Ibu mengatakan merasakan pergerakan janin 2x/ jam dalam sehari
8.    Riwayat kesehatan
a.    Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular,  menurun dan menahun)
ibu mengatakan tidak pernah / tidak sedang menderita penyakit menular (TBC,hepatitis,HIV) penyakit menurun(hipertensi, asma) dan penyakit menahun (jantung, paru-paru).
b.   Penyakit yang pernah/sedanng diderita keluarga (menular, menurun dan menahun)
ibu mengatakakan keluarga tidak pernah / tidak sedang menderita penyakit menular(TBC,hepatitis,HIV) penyakit menurun(hipertensi, asma) dan penyakit menahun (jantung, paru-paru).
c.    Riwayat keturunan kembar
ibu mengatakan tidak ada riwayat keturan kembar
d.   Riwayat operasi
ibu mengatakan belum pernah operasi
e.    Riwayat alergi obat
ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi obat
9.    Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a.    Pola nutrisi sebelum hamil         saat hamil
Makan    
Frekuensi     : 3x/ hari            3x/ hari
Porsi         : 1 piring            1 piring
Jenis         : nasi, lauk, sayur        nasi,sayur, lauk
Pantangan     : tidak ada            tidak ada
Keluhan     : tidak ada             tidak ada
Minum
Frekuensi     : 10x/ hari            12x/ hari
Porsi         : 1 gelas             1 gelas
Jenis         : air putih, susu, teh         nasi,sayur, lauk
Pantangan     : tidak ada             tidak ada
Keluhan     : tidak ada            tidak ada
   
b.    Pola eliminasi
BAB        
Frekuensi        : 1x/ hari           1x/hari
Konsistensi        :  lembek         lembek
Warna             :  kuning         kuning
Keluhan          :  tidak ada        tidak ada
BAK       
Frekuensi        : 5x/ hari           9x/hari
Konsistensi        :  cair            cair
Warna             :  kuning jernih    kuning jernih
Keluhan          :  tidak ada        tidak ada

c.    Pola istirahat
Tidur siang
Lama             : 2 jam / hari        2 jam / hari
Keluhan         : tidak ada        tidak ada
Tidur malam    
Lama             : 8 jam / hari         8 jam / hari
Keluhan         : tidak ada         tidak ada

d.   Personal hygiene
Mandi         : 2x/ hari        2x/ hari
Ganti pakaian     : 2x/ hari        2x/ hari
Gosok gigi     : 2x/ hari        2x/ hari
Keramas         : 4x/ minggu        4x/ minggu

e.    Pola sexsualitas
Frekuensi         : 4x/ minggu        1x/ minggu
Keluhan         : tidak ada         tidak ada

f.     Pola aktifitas (terkait kegiatan fisik, olah raga)
ibu mengatakan selalu mengkuti kegiatan senam hamil dan jalan jalan pagi

10.  Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman berakohol)
-ibu mengatakan tidak pernah melakukan kebiasaan yang mengganggu kesehatan seperti merokok, minum jamu, minuman berakohol
11.  Pisikososiospiritual (penerimaan ibu/suami/keluarga terhadap kehamilan, dukungan sosial, perencanaan persalinan, pemberian ASI, perawatan bayi, kegiataan ibadah, kegiataan sosial, dan persiapan keuangan ibu dan keluarga)
a.      Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat senang dengan kehamilanya
b.      Ibu mengatakan mendapatkan dukungan sosial dari masyarakat
c.       Ibu mengatakan sudah merencanakan persalinan di RB
d.      Ibu mengatakan akan memberikan ASI esklusif pada bayinya
e.       Ibu mengatakan ingin merawatbayinya sendiri dengan keluarga
f.       Ibu  mengatakan rajin beribadah
g.      Ibu mengatakan selalu mengikuti kegiatan sosial
h.      Ibu mengatakan sudah menyiapkan keuanganya untuk bersalin
12.  Pengetahuan ibu  ( tentang kehamilan, persalinan dan laktasi )
-ibu mengatakan sudah mengetahui tentang kehamilan, persalinan,dan laktasi
13.  Lingkungan yang berpengaruh ( sekitar rumah dan hewan peliharaan)
-ibu mengatakan dilingkungan rumah tidak memelihara hewan
DATA OBYEKTIF
1.      Pemeriksaan umum
Keadaan umum    : baik
Kesadaran        : composmetis
Status emosional     : stabil
Tanda vital sign
Tekanan darah     : 110/70 mMHg    Nadi    : 81x/ menit
Pernapasan         : 21x/ menit         Suhu     : 36,5 C
Berat badan        : 51 kg            Tinggi bdn:156 cm
2.      Pemeriksaan fisik
Kepala     : mesosepal, tidak ada benjolan
Rambut     : lurus, hitam, tidak rontok, ddan tidak ketombe
    Muka     : oval, tidak pucat, tidak odem, tidak ada bekas luka
    Mata     : simetris, tidak starbismus, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada tanda-tanda infeksi
Hidung     : simetri, berlubang, tidak polip
    Mulut     : lembab, tidak pecah-pecah, gusi tidak epulis, tidak ada     stomatitis, gigi tidak karies
    Telinga     : simetris, pendengaran baik, tidak ada secret, gendang telinga tidak pecah
    Leher     : tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tiroid, limfe dan vena jugularis
Dada     : simetris,tidak ada retraksi dinding dada,tidak ada wezing
    Payudara     : simetris, puting menonjol, hiperpigmentasi mamae, kolostrum sudah keluar
    Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada linea alba, tidak ada  striegravidarum
Palpasi leopod
    Leopod I     : teraba bulat, tidak melenting, lunak, berati letak letak di fundus bokong
    Lepod II     : bagian kanan teraba kecil-kecil,tidak ada tahanan berati ekstremitas,  bagian kiri teraba memanjang seperti papan,ada tahanan berarti punggung
    Leopod III    : bagian terendah janin teraba bulat, melenting, keras, tidak bisa digerakan berarti kepala
    Leopod IV     :tanggan tidak biusabertemu berarti kepala belum masuk panggul
Osborn test             : -
TFU menurut Mc.Donald    : 33 cm    
TBJ                : (31-11)x155=3100gr
Auskultasi DJJ        : 155x/ menit
Ekstremitas atas         : jumlah jari lengkap, kuku tidak pucat, tidak terdapat odem, gerakan ekstremitas bawah    : jumlah jari lengkap, kuku tidak pucat, tidak odem, tidak varises, reflek patela positif
: bersih, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini, tidak varises,
Anus                 : bersih, belubang, tidak hemoroid
Pemeriksaan panggul (bila perlu)     : -
3.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laborat
HB : 8 gr/ dl
4.      Data penunjang
Tidak ada  
II.     INTEPRETASI DATA
A.    Diagnosa kebidanan
Seorang Ny Y umur 21 tahun G1P0Ab0  Uk 37+1 minggu, janin tunggal, hidup intrauteri, puki, preskep suspect solusio plasenta.
Ds :- ibu memgtakan ini kehamilan yang pertama
- ibu mengatakan baru berumur 21 tahun
- ibu mengatakan HPM  : 6-5-2012
Do: - KU        : baik
       -Kesadaran    : composmetis
       - vital sign    : TD    :11O/70 mMHg        S    :36,5 C
          N    :21x/ menit            R :81x/menit
- TFU        :33 cm
-BB        : 55kg
- DJJ        : 155x/ menit, ireguler tidak jelas
- Leopod I    : teraba bokong
- Leopod II    : teraba punggung disebelah kiri
 - Leopod III    : teraba kepala
- Leopod IV    : teraba kepala sudah masuk panggul
B.     Masalah
-gangguan rasa nyaman, nyeri
C.    Kebutuhan
Tidak ada
III.     IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
•    Potensial terjadinya fetal distres
•    Potensial terjadinya syok hipovolemik pada ibu
IV.     ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
•    Lakukan pemasangan infus
•    Lakukan rujukan ke dokter SPOG
V.     PERENCANAAN                     Pukul : 15.10 WIB
1.      Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan/kondisi ibu
2.      Ajarkan ibu untuk mengatasi rasa nyeri
3.      Anjurkan ibu untuk bedrest
4.      Beri KIE tentang tanda bahaya kehamilan
5.      Beri KIE nutrisi ibu hamil
6.      Pantau adanya tanda dan gejala syok hipovelemik
7.      Lakukan pemeriksaan DJJ secara periodik
8.      Lakukan rujukan
9.      Dokumentasi
VI.     PELAKSANAAN                     Pukul : 15. 15 WIB
1.      Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahawa ada tanda-tanda pelepasan plasenta yang menyebabkan rasa nyeri pada perut ibu dan akan menyebabkan kematian janin bila tidak segera dirujuk ke dokter SPOG.
2.      Mengajarkan pada ibu teknik relaksasi dengan cara tarik nafas dalam dari hidung kemudian dikeluarkan lewat mulut secara perlahan.
3.      Menganjurkan ibu untuk istirahat total ditempat tidur dan mengurangi aktifitas yang berat.
4.      Memberitahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan yaitu janin tidak bergerak, keluarnya darah yang berwarna merah kecoklatan dari jalan lahir, keluarnya air ketuban sebelum waktunya dari jalan lahir, pusing yang hebat, demam yang tinggi
5.      Memberitahu ibu untuk makan,makanan yang bergizi yang mengadung protein misalnya tahu, tempe, telor dan ikan. Karbohidrat misalnya nasi, roti, jagung, singkong dan lain-lain. Vitamin misalnya buah-buahan dan sayuran. Mineral misalnya susu dan sayuran hijau-hijauan.
Memberitahu ibu agar tidak makan makanan yang mengganggu kesehatan misalnya bahan makanan yang banyak mengadung bahan pengawet, minum minuman berakohol, minum jamu dan merokok.
6.      Memantau adanya tanda syok hipovelemik dengan cara melalukan pemeriksaan tanda-tanda vital sign,KU.
7.      Melakukan pemeriksaan/pemantauan DJJ secara periodik setiap 15 menit sekali
8.      Melakukan rujukan ke dokter SPOG
9.      Melakukan dokumentasi
VII.     EVALUASI                         Pukul : 15.45 WIB
1.      Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang keadaanya
2.      Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang teknik relaksasi dan ibu dapat menjelaskan kembali.
3.      Ibu bersedia untuk melakukan istirahat total ditempat tidur dan mengurangi aktivitas yang berat.
4.      Ibu mengatakan sudah mengetahuitanda bahaya kehamilan dan ibu sudah dapat menjelaskan kembali
5.      Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang nutrisi ibu hamil dan ibu dapat menjelaskan kembali
6.      Sudah dilakukan pemantuan pda ibu
7.      Sudah dilakukan pemantauan DJJ
8.      Sudah dilakukan rujukan ke dokter SPOG
9.      Sudah dilakukan dokumentasi






Tidak ada komentar:

Posting Komentar