Selasa, 02 Juni 2015

IUFD

D.    IUFD (Intra Uterin Fetal Death)
1.    Definisi
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian janin ketika masing-masing berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan usia kehamilan 20 minggu atau lebih (Achadiat, 2004).Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan.
Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot (Monintja, 2005) Sedangkan menurut WHO, kematian janin adalah kematian janin pada waktu lahir dengan berat badan <1000 gram.Menurut Wiknjosastro (2005) dalam buku Ilmu Kebidanan, kematian janin dapat dibagi dalam 4 golongan yaitu :
1.    Golongan 1    : Kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
2.    Golongan II    : Kematian sesudah ibu hamil 20 hingga 28 minggu.
3.    Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu (late foetal death)
4.    Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas.
Kematian janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. KJDK / IUFD sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu / sesudah 20 minggu. (Sinopsis Obstetri, hal: 224)
IUFD adalah kematian janin dalam intrauteri dengan BB janin 500 gram atau lebih / janin pada umur kehamilan sekurang-kurangnya 20 minggu. (Teddy, 1994)
Kematian janin dalam kandungan / IUFD adalah kehamilan yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih. (dr. Nasdaldy, Sp.OG)
Kehamilan janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20 minggu kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan. (Hacker ; 2001)
2.    Etiologi IUFD (Intra Uterin Fetal Death)
a)    Secara umum:
1. Perdarahan; plasenta previa dan solusio placenta
2. Pre eklampsi dan eklampsi
3. Penyakit-penyakit kelainan darah
4. Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular
5. Penyakit-penyakit saluran kencing; bakteriuria, peelonefritis,
6. glomerulonefritis dan payah ginjal
7. Penyakit endokrin; diabetes melitus, hipertiroid
8. Malnutrisi dan sebagainya.
1. Fetal, penyebab 25-40%
    Anomali/malformasi kongenital mayor : Neural tube defek, hidrops, hidrosefalus, kelainan jantung congenital
    Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal, juga sangat berisiko.Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.
    Kelainan kongenital (bawaan) bayi
Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya.
    Janin yang hiperaktif
Gerakan janin yang berlebihan apalagi hanya pada satu arah saja- bisa mengakibatkan tali pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak hanya itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul yang mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak biasa saat hamil.
    Infeksi janin oleh bakteri dan virus.
2. Placental, penyebab 25-35%
• Abruption
• Kerusakan tali pusat
• Infark plasenta
• Infeksi plasenta dan selaput ketuban
• Intrapartum asphyxia
• Plasenta Previa
• Twin to twin transfusion S
• Chrioamnionitis
• Perdarahan janin ke ibu
• Solusio plasenta
3. Maternal, penyebab 5-10%
• Antiphospholipid antibody
• DM
• Hipertensi
• Trauma
• Abnormal labor
• Sepsis
• Acidosis/ Hypoxia
• Ruptur uterus
• Postterm pregnancy
• Obat-obat
• Thrombophilia
• Cyanotic heart disease
• Epilepsy
• Anemia berat
• Kehamilan lewat waktu (postterm)
Kehamilan lebih dari 42 minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.
4. Sekitar 10 % kematian janin tetap tidak dapat dijelaskan.Kesulitan dalam memperkirakan kausa kematian janin tampaknya paling besar pada janin preterm.

3.    Patofisiologi IUFD (Intra Uterin Fetal Death)
Janin yang meninggal intra uterin biasanya lahir dalam kondisi maserasi. Kulitnya mengelupas dan terdapat bintik-bintik merah kecoklatan oleh karena absorbsi pigmen darah. Seluruh tubuhnya lemah atau lunak dan tidak bertekstur. Tulang kranialnya sudah longgar dan dapat digerakkan dengan sangat mudah satu dengn yang lainnya. Cairan amnion dan cairan yang ada dalam rongga mengandung pigmen darah. Maserasi dapat terjadi cepat dan meningkat dalam waktu 24 jam dari kematian janin. Dengan kata lain, patologi yang terjadi pada IUFD dapat terjadi perubahan-perubahan sebagai berikut:

a)    Rigor mortis (tegang mati)
Berlangsung 2 ½ jam setelah mati, kemudian janin menjadi lemas sekali.
b)    Stadium maserasi I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh-lepuh ini mula-mula berisi cairan jernih kemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah janin mati.
c)    Stadium maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat. Terjadi setelah 48 jam janin mati.
d)    Stadium maserasi III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah janin mati. Badan janin sangat lemas dan hubungan antar tulang sangat longgar. Terdapat edema di bawah kulit.

4.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematian Janin Dalam Kandungan:
1. Faktor Ibu 
a. Umur
Bertambahnya usia ibu, maka terjadi juga perubahan perkembangan dari organ-organ tubuh terutama organ reproduksi dan perubahan emosi atau kejiwaan seorang ibu. Hal ini dapat mempengaruhi kehamilan yang tidak secara langsung  dapat mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim. Usia reproduksi yang baik untuk seorang ibu hamil adalah usia 20-30 tahun (Wiknjosastro, 2005).Pada umur ibu yang masih muda organ-organ reproduksi dan emosi belum cukup matang, hal ini disebabkan adanya kemunduran organ reproduksi secara umum (Wiknjosastro, 2005).
b. Paritas 
Paritas yang baik adalah 2-3 anak, merupakan paritas yang aman terhadap ancaman mortalitas dan morbiditas baik pada ibu maupun pada janin. Ibu hamil yang telah melahirkan lebih dari 5 kali atau grandemultipara, mempunyai risiko tinggi dalam kehamilan seperti hipertensi, plasenta previa, dan lain-lain yang akan dapat mengakibatkan kematian janin (Saifuddin, 2002).
c.    Pemeriksaan Antenatal
Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang mengancam jiwa, oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama periode antenatal.
1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (umur kehamilan 1-3 bulan)
2) Satu kali kunjungan selama  trimester kedua (umur kehamilan 4-6 bulan).
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (umur kehamilan 7-9 bulan).
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan sedini mungkin  pada seorang wanita hamil penting sekali sehingga kelainan-kelainan yang mungkin terdapat pada ibu hamil dapat diobati dan ditangani dengan segera. Pemeriksaan antenatal yang baik minimal 4 kali selama kehamilan dapat mencegah terjadinya kematian janin dalam kandungan berguna untuk mengetahui pertumbuhan dan  perkembangan dalam rahim, hal ini dapat dilihat melalui tinggi fungus uteri dan terdengar  atau tidaknya denyut jantung janin (Saifuddin, 2002).
d. Penyulit / Penyakit
1) Anemia
Hasil konsepsi seperti janin, plasenta dan darah membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat zat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh zat besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan zat besi dalam hati, limpa dan sumsum tulang.
Selama masih mempunyai cukup persediaan zat besi, Hb tidak akan  turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan kelima  sampai bulan keenam kehamilan, pada waktu janin membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi salah satunya adalah kematian janin dalam kandungan (Mochtar, 2004).Menurut Manuaba (2003), pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli, dapat digolongkan sebagai berikut :
a)    Normal  : 11 gr%
b)    Anemia ringan  : 9-10 gr%
c)    Anemia sedang  : 7-8 gr%
d)    Anemia berat  : <7 gr%.
2) Pre-eklampsi dan eklampsi
Pada pre-eklampsi terjadi spasme  pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan  tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Maka aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin (Mochtar, 2004).
3) Solusio plasenta 
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Solusio plasenta dapat  terjadi akibat turunnya darah secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri yang menuju ke ruang intervirale maka terjadilah anoksemia dari jaringan bagian distalnya. Sebelum ini terjadi nekrotis, spasme hilang darah kembali mengalir ke dalam intervilli, namun pembuluh darah distal tadi sudah demikian rapuh, mudah pecah terjadinya hematoma yang lambat laun melepaskan plasenta dari rahim. Sehingga aliran darah ke janin melalui plasenta tidak ada dan terjadilah kematian janin (Wiknjosastro, 2005).
4) Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit keturunan dengan ciri-ciri kekurangan atau tidak terbentuknya insulin, akibat kadar gula dalam darah yang tinggi dan mempengaruhi metabolisme tubuh secara menyeluruh dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan  janin. Umumnya wanita penderita diabetes melarikan bayi yang besar (makrosomia). Makrosomia dapat terjadi karena glukosa dalam aliran darahnya, pancreas yang menghasilkan lebih banyak insulin untuk menanggulangi kadar gula yang tinggi. Glukosa berubah menjadi lemak dan bayi menjadi besar. Bayi besar atau makrosomia menimbulkan masalah sewaktu melahirkan dan kadang-kadang mati sebelum lahir (Stridje, 2000).
5) Rhesus Iso-Imunisasi 
Jika orang berdarah rhesus negatif diberi darah rhesus positif, maka antigen rhesus akan membuat penerima darah membentuk antibodi antirhesus.  Jika transfusi darah rhesus positif yang kedua  diberikan, maka antibodi mencari dan menempel pada sel darah rhesus negatif dan memecahnya sehingga terjadi anemia ini disebut rhesus iso-imunisasi. Hal ini dapat terjadi begitu saja di awal kehamilan, tetapi perlahan- lahan  sesuai perkembangan kehamilan. Dalam aliran darah, antibodi antihresus bertemu dengan sel darah merah rhesus positif normal dan menyelimuti sehingga pecah melepaskan zat bernama bilirubin, yang menumpuk dalam darah, dan sebagian dieklaurkan ke kantong ketuban bersama urine bayi. Jika banyak sel darah merah yang hancur maka bayi menjadi anemia sampai akhirnya mati (Llewelyn, 2005).
6) Infeksi dalam kehamilan
Kehamilan tidak mengubah daya tahan tubuh seorang ibu terhadap infeksi, namun keparahan setiap infeksi berhubungan dengan efeknya terhadap janin. Infeksi mempunyai efek langsung dan tidak langsung pada janin. Efek tidak langsung timbul karena mengurangi oksigen darah ke plasenta. Efek langsung tergantung pada kemampuan organisme penyebab menembus plasenta dan menginfeksi janin, sehingga dapat mengakibatkan kematian janin in utero (Llewellyn, 2001).
7) Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini merupakan  penyebab terbesar persalinan prematur dan kematian janin dalam kandungan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu  jam belum dimulainya tanda persalinan. Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% semua persalinan. Pada umur kehamilan  kurang dari 34 mninggu, kejadiannya sekitar 4%. 
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam  rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2003).
8) Letak lintang 
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan cukup bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan kematian janin. Bahu masuk ke dalam panggul sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan bagian-bagian tubuh lainnya. Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk mengeluarkan janin, segmen bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas antara dua bagian ini makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologik sehingga dapat mengakibatkan kematian janin (Wiknjosastro, 2005).
2. Faktor Janin
a.  Kelainan congenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya kematian janin dalam kandungan, atau lahir mati. Bayi dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. 
Dilihat dari bentuk morfologik, kelainan kongenital dapat berbentuk suatu deformitas atau bentuk malformitas. Suatu kelainan kongenital yang berbentuk deformitas secara anatomik mungkin susunannya masih sama tetapi bentuknya yang akan tidak normal. Kejadian ini umumnya erat hubungannya dengan faktor penyebab mekanik atau pada kejadian oligohidramnion. Sedangkan bentuk kelainan kongenital malformitas, susunan anatomik maupun bentuknya akan berubah.Kelainan kongenital dapat dikenali melalui pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban, dan darah janin (Kadri, 2005).

b. Infeksi intranatal
Infeksi melalui cara ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain. Kuman dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah dini mempunyai peranan penting dalam timbulnya plasentitis dan  amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh,  misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan pemeriksaan vaginal. Janin kena infeksi karena menginhalasi  likuor yang septik, sehingga terjadi pneumonia kongenital atau karena kuman-kuman yang memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan septicemia. Infeksi intranatal dapat juga terjadi dengan jalan kontak langsung dengan kuman yang terdapat dalam vagina, misalnya blenorea dan oral thrush  (Monintja, 2006). 
c. Kelainan Tali Pusat
Tali pusat sangat penting artinya sehingga janin bebas bergerak dalam cairan amnion, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Pada umumnya tali pusat mempunyai panjang sekitar 55 cm.Tali pusat yang terlalu panjang dapat menimbulkan lilitan pada leher, sehingga mengganggu aliran darah ke janin dan menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam kandungan. 
1)    Kelainan insersi tali pusat
Insersi tali pusat pada umumnya parasentral atau sentral. Dalam keadaan tertentu terjadi  insersi tali pusat plasenta battledore dan insersi velamentosa. Bahaya insersi velamentosa bila terjadi vasa previa, yaitu pembuluh darahnya melintasi kanalis servikalis, sehingga saat ketuban pecah pembuluh darah yang berasal dari janin ikut pecah. Kematian janin akibat pecahnya vase previa mencapai 60%-70% terutama bila pembukaan masih kecil karena kesempatan seksio sesaria terbatas dengan waktu (Wiknjosastro, 2005).
2)    Simpul tali pusat
Pernah ditemui kasus kematian janin dalam rahim akibat terjadi peluntiran pembuluh darah umblikalis, karena selei Whartonnya sangat tipis. Peluntiran pembuluh darah tersebut menghentikan aliran darah ke janin sehingga terjadi kematian janin dalam rahim. Gerakan janin yang begitu aktif  dapat menimbulkan simpul sejati sering juga dijumpai (Manuaba, 2002). 
3)    Lilitan tali pusat
Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang besar kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Lilitan tali pusat pada leher sangat berbahaya, apalagi bila terjadi lilitan beberapa kali. Tali pusat yang panjang berbahaya karena dapat menyebabkan  tali pusat menumbung, atau tali pusat terkemuka. Dapat diperkirakan bahwa makin masuk kepala janin ke dasar panggul, makin erat lilitan tali pusat dan  makin terganggu aliran darah menuju dan dari janin sehingga dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan (Wiknjosastro, 2005).

5.    Diagnosis IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
1.  Anamnesis
a. Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari,atau gerakan janin sangat berkurang.
b. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasa.
c.  Ibu merasakan belakangan ini perutnya sering menjadi keras dan merasa sakit-sakit seperti mau melahirkan. 
2.  Inspeksi 
Tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
3. Palpasi
a. Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakan-gerakan janin.
b.  Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
4.  Auskultasi
Baik memakai stetoskop, monoral maupun dengan doptone tidak terdengar denyut jantung janin (DJJ)
5.  Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.

6.    Komplikasi IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
1.Trauma emosional yangg cukup berat terjadi bila waktu antara kematia janin & persalinan cukup lama
2. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah
3. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.
4. Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu.
Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu, pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit terjadilah pembekuan darah yang meluas menjadi Disseminated intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen  < 100 mg%).Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%. Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik postpartum. Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati.
7.    Penatalaksanaan
•    Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah terburu-buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnosis.
•    Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan yang spontan
•    Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.
•    USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang
•    Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa kemungkinan besar dapat lahir pervaginam.
•    Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.
•    Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi
•    Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan penanganan aktif.
Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu:
•    Jika servik matang,lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
•    Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin atau kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena berisiko infeks
•    Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhi
jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:
•    Tempatkan mesoprostol 25 mcg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6 jam
•    Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis menjadi 50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis.
•     Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.
•    Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspada koagulopati
•    Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
•    Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi
•    Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah diagnosis. Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi persalin
•    Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian esterogen untuk mengurangi efek progesteron atau langsung dengan pemberian oksitosin drip dengan atau tanpa amniotomi.



Kasus
    Ny.S umur 22 tahun G1P0A0AH0 umur kehamilan 30 minggu dating ke bidan Farmi dengan keluhan tidak merasakan gerakan janin sejak 3 hari yang lalu. Berdasarkan hasil pemeriksaan di dapatkan : palpasi TFU : 2 jari di atas pusat, berat badan ibu menurun ,Djj tidak terdengar,KU ibu baik dan pemeriksaan penunjang ;protein urin ( - ) dan Hb 11,9 gr%()

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGIS
NY.S UMUR 22 TAHUN G1P0A0AH0 UMUR KEHAMILAN 30 MINGGU
DI BPM FARMI,SLEMAN
No. Register                    : 102
Masuk RS/PKM/BPM Tanggal/Pukul    : 11 Mei 2013/08.45 WIB
Dirawat di ruang                : Periksa

I. PENGKAJIAN DATA, Tanggal/Pukul    :11 Mei 2013/08.45 WIB.Oleh :Bidan
A. Biodata           
Ibu                                Suami
1. Nama        : Ny.S                    Tn.S
2  Umur        : 22 tahun                22  tahun
3. Agama        : Islam                    Islam
4. Suku/Bangsa    : Jawa/Indonesia            Jawa/Indonesia
5.  Pendidikan        : SMA                    SMA           
6. Pekerjaan        : IRT                    Wiraswasta
7. Alamat        : Temulawak,Triharjo,Sleman    Temulawak,Triharjo,Sleman

B. Data Subyektif
1. Alasan datang/ di rawat
Ibu mengatakan ingin periksa kehamilannya
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak merasakan  gerakan janinnya  sejak 3 hari yang lalu
3. Riwayat Menstruasi
Menarce    : 13 tahun            Siklus        : ± 25 hari
Lama        : 5 hari                Teratur        : Teratur
Sifat Darah    : Cair                Keluhan    : Tidak ada
4. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan    : Sah            Menikah ke    :1
Lama            : 1 tahun        Usia menikah pertama kali : 21 tahun

5. Riwayat Obstetrik    :  G1 P0 A0 AH0
Hamil
Ke    Persalianan    Nifas
    tanggal    Umur kehamilan    Jenis persalian    penolong    komplikasi    JK    BB
Lahir    Laktasi     komplikasi
Hamil                                   
Ini                                   
                                   
                                   





6.    Riwayat kontrasepsi yang digunakan

No    Jenis kontrasepsi    Pasang    Lepas
        Tanggal     Oleh     Tempat     Keluhan    Tanggal     Oleh     Tempat     Alasan
    Ibu mengatkan    belum                           
    Menggunakan                                
    kontrasepsi                               

7. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. HPM                : 7 Oktober 2012        HPL    : 14 Juli 2013
b. ANC pertama umur kehamilan    : 13 minggu
c.  Kunjungan ANC           
Trimester I
Frekuensi        : -
Keluhan        : -
Komplikasi        : -
Terapi            : -
Trimester II
Frekuensi        : 3 kali
Keluhan        : tidak ada
Komplikasi        : tidak ada
Terapi            : Fe + asam folat 1x1
Trimester III
Frekuensi        : 1
Keluhan        : tidak ada
Komplikasi        : tidak ada
Terapi            : Fe + kalk 1x 1
d. Imunisasi TT    : 2 kali
TT 1    : tanggal caten
TT 2    : tanggal  06 Januari 2012
TT 3    : tanggal
TT 4    : tanggal -
TT 5    : tanggal –
e. Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)
Ibu mengatakan pergerakan janin lebih dari 10 x dalam 12 jam

8. Riwayat Kesehatan
a.  Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular seperti            (hepatitis,TBC,HIV,), menurun seperti (DM,hipertensi) dan menahun seperti            (asma,jantung dan ginjal).
b.  Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular seperti
( hepatitis,TBC,HIV,), menurun seperti (DM,hipertensi) dan menahun seperti( asma,jantung dan ginjal).
c.       Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dari pihak ibu dan suami tidak memiliki riwayat keturunan kembar
d.      Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat operasi
e.       Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan Tidak memiliki riwayat alergi obat

9.      Pola pemenuhan kebutuhan
Sebelum hamil                        Saat hamil
a.  Nutrisi
Makan       
Frekuensi        : 3 x/ hari                3 x/ hari  
Jenis             : nasi,sayur, lauk            nasi,sayur,lauk,buah
Porsi            : 1-2  piring                1 piring
Pantagan        : tidak ada                tidak ada
Keluhan        : tidak ada                tidak ada      
Minum       
Frekuensi        : 4 x/ hari                5-6 x/ hari  
Jenis             : air putih, teh                air putih,susu
Porsi            : 1gelas                 1 gelas
Pantangan        : tidak ada                tidak ada
Keluhan        : tidak ada                tidak ada  
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi        :1-2 x/ hari                1 x/hari
Warna            : kuning                kuning
Konsisten        : lembek                lembek
Keluhan        : tidak ada                tidak ada
BAK
Frekuensi        : 4 x/ Hari                10  x/hari
Warna            : kuning                gelap
Konsisten        : cair                    cair
Keluhan        : tidak ada                nyeri saat berkemih
c.  Istirahat
Tidur siang
Lama            : 1 jam                    ½  jam
Keluhan        : tidak ada                tidak ada
Tidur malam   
Lama            :8 jam                    6  jam
Keluhan        : tidak ada                tidak ada

d.  Personal Hygiene
Mandi        : 2 x/ hari                2-3 x hari
Ganti pakaian    : 2 x/hari                3 x/hari
Gosok gigi        : 2 x/ hari                2  x/hari
Keramas        : 3 x/minggu                2 x minggu
e. Pola seksualitas
Frekuensi        : 4 x/minggu                2 x/ minggu
Keluhan        : tidak ada                tidak ada
f. Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, olahraga)
- Ibu mengatakan rajin melakukan pekerjaan rumah seperti
mengepel,menyapu,memasak dan mencuci.
-Ibu mengatakan tidak pernah melakukan olahraga
10.  Kebiasaan yang menganggu kesehatan ( merokok, minum jamu, minuman beralkohol)
-Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang menganggu kesehatan seperti
  merokok,minum jamu dan minuman beralkohol.
11.Data psikososial,spiritual dan ekonomi (penerimaan ibu/suami/keluarga terhadap kehamilan,dukungan keluarga, hubungan dengan suami/keluarga/tetangga, kegiatan ibadah,kegiatan social,keadaan ekonomi keluarga)
-          Ibu mengatakan,ibu,suami dan keluarga merasa bahagia dan mendukung kehamilan ibu
-          Ibu mengatakan hubungan ibu dengan suami,keluarga  dan tetamgga baik
-          Ibu mengatakan rajin melakukan sholat 5 waktu
-          Ibu mengatakan aktif mengikuti kegiatan social
-          Ibu mengatakan keadaan ekonomi mencukupi kebutuhan rumah tangga

12.  Pengetahuan ibu (tentang kehamilan,persalinan, dan nifas)
-          Ibu mengatakan belum mengetahui ketidaknyamanan TM3
-          Ibu mengatakan belum mengetahui tanda bahaya TM3
-          Ibu mengatakan belum mengetahui pola nutrisi ibu hamil
-          Ibu mnegatakan belum mengetahui tanda-tanda persalinan

13.  Lingkungan yang berpengaruh (sekitar rumah dan hewan peliharaan )
     Ibu mengatakan lingkungan di sekitar rumah bersih dan tidak mempunyai hewan peliharaan

   

    C. Data Obyektif
    1.   Pemeriksaan Umum
Keadaan umum    : baik
Kesadaran        : composmentis
Status emosional    : stabil
Tanda vital
Tekanan darah        : 130/70 mmHg        Nadi    : 88 x/ menit
Pernapasan        : 23 x/menit            Suhu    : 37,3 0C
BB sekarang        : 56 kg                TB    : 157 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala        : mesochepal,tidak ada benjolan dan massa,rambut tidak rontok
Wajah        : simetris,tidak ada oedem dan cloasma gravidarum
Mata        : simetris,konjungtiva agak pucat,tidak ada secret
Hidung    : tidak ada polip dan secret
Mulut    : gusi tidak berdarah dan tidak ada stomatitis,tidak ada caries gigi dan tidak ada tonsilitis
Telinga    :simetris ,tidak ada serumen
Leher        :tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,perotis,limfe dan                          vena jugularis
            : simetris,tidak ada suara tambahan/ wheezing,tidak ada retraksi dinding dada
Pa                : simetris,hiperpigmentasi areola,putting susu menonjol ,tidak ada massa
Abdomen    : tidak ada bekas luka operasi,ada linea gravidarum,tidak ada
              striae,pembesaran perut sesuai umur kehamilan.
Palpasi      : teraba ballottement TFU : 2 jari  di atas pusat
    Leopold I    : Bagian fundus teraba  lunak,bulat dan  tidak melenting (bokong)
    Leopold II    : Bagian kanan perut ibu teraba keras, memanjang, dan datar, (punggung), bagian kiri ibu teraba bagian kecil-kecil(ekstremitas)
    Leopold III    :Bagian terendah perut ibu teraba lunak,bulat, melenting dan kepala   teraba lebih besar
Leopold IV    : kedua tangan tidak bertemu (divergen)
Osborn test    : -
Pemeriksaan Mc. Donald
TFU        : 23 cm            TBJ    : (23-12) x 155 = 1705 gram
Auskultasi
Djj            : Djj tidak ditemukan

Ekstremitas Atas    : simetris, jari lengkap,tidak ada oedem    LILA    :24,5 CM
Ekstremitas bawah    : simetris,jari lengkap,tidak ada oedem,reflek patella (+) kanan kiri
Genetalia luar        : tidak dilakukan
Pemeriksaan panggul; tidak dilakukan ( bila perlu )

3. Pemeriksaan penunjang    Tgl    : 05 Mei 2013    Pukul    :  09.01 WIB
Protein urin    : negative
Hemoglobin    : 11,9 gr%
4. Data penunjang
Tidak ada.

II.   INTERPRETASI DATA
    A.    Diagnosa kebidanan
Ny S umur 22 tahun G1P0A0AH0 umur kehamilan 30 minggu janin  dengan IUFD
Data dasar
Ds    : Ibu mengatakan umurnya 22 tahun
-    Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya belum pernah keguguran
-    Ibu mengatakan HPHTnya 07 0ktober 2012
-   Ibu mengatakan sejak 3 hari tidak merasakan gerakan janinmya
Do    :     Ku        :baik
Kesadaran        :composmentis
Status emosional    : stabil
TTV TD    : 130/70 mmHg    S : 37,20C
N        :88 x/menit    R : 23 x/menit       
                BB    : 56 kg
Palpasi         :ballotement TFU : 2 jari d iatas pusat
Djj         :  Djj tidak ditemukan
Pemeriksaan penunjang    : protein urin    : negative
Hemoglobin    : 11,9 gr%
    B. Masalah
Tidak ada
   
    III. IDENTIFIKASI DAN ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada

 IV. TINDAKAN SEGERA
    A.    Mandiri
Oservasi keadaan umum ibu
    B.     Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter spesialis obstetric dan ginekologi untuk melakukan pemeriksaan USG.
    C.     Merujuk
Melakukan  rujukan di rumah sakit yang mempunyai fasilitas lengkap

V. PERENCANAAN        Tanggal    : 11 Maret 2013    Pukul    : 10.01 WIB
    1. Beritahu ibu dan keluarga dengan hati-hati mengenai keadaan janin ibu berdasarkan hasil pemeriksaan,
    2. Memberitahu keluarga bahwa janin harus segera dilahirkan.
    3.  Lakukan inform consent untuk segera dilahirkan dengan induksi
    4.  Memberi dukungan mental pada ibu dan keluarga.
    5.   Observasi keadaan umum ibu

VI.  PELAKSANAAN        Tanggal    : 11 Maret 2013    Pukul    :10.03 WIB
    1. Memberitahu ibu dan keluarga dengan hati-hati mengenai keadaan janin ibu berdasarkan hasil pemeriksaan, didapatkan bahwa janin yang dikandungnya dalam keadaan tidak baik dan dapat dipastikan sudah meninggal.
    2. Memberitahu keluarga bahwa janin harus segera dilahirkan.Menjelaskan mengenai pilihan untuk mengeluarkan janin, yaitu dengan menunggu janin lahir sendiri, dengan kemungkinan akan menunggu dalam waktu lama dan tidak dapat ditentukan serta dapat menjadikan adanya risiko gangguan pada proses pembekuan darah atau pilihan kedua dengan dipacu (diinduksi) menggunakan obat.
    3. Keluarga menyetujui tindakan dengan induksi misoprostol misoprostol 200 mg per oral/12 jam yang akan dimulai tanggal 28 Oktober 2008 jam 15:00 WIB sambil menunggu kesiapan mental dan ketenangan hati ibu untuk menerima kenyataan..
    4.  Memberi dukungan mental agar ibu dan keluarga bersabar dan menerima apa yang terjadi.

VII.            EVALUASI        Tanggal    : 11 Maret 2013    Pukul    : 10.13 WIB
    1.         Ibu dan suami  tampak sedih
    2.         Ibu mengerti dengan keadaan bayinya yang harus segera dikeluarkan 
    3.         Ibu sepakat dan menandatangani surat kesepakatan untuk dirujuk.
    4.         Ibu dan keluarga tampak pasrah dengan keadaan ibu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar